SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM
DI PATTANI THAILAND
Makalah
Disusun guna memenuhi tugas:
Dosen Pengampu : Dwi Istiyani, M.Ag
Oleh:
Naili Nikmah 2021113153
Kelas : A
PRODI PAI JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Thailand (Muangthai) adalah satu negara yang
terletak di Asia Tenggara dan termasuk anggota Association South East Asian
Nations (ASEAN). Pemerintahnya berbentuk kerajaan yang terdiri 76 propinsi
dengan jumlah penduduk 57 juta jiwa. Waliyah Thailand bagian Selatan banyak
dihuni oleh umat Islam. Jumlah mereka adalah 2,3 juta atau sekitar 4% dari
seluruh penduduk Thailand. Wilayah yang banyak dihuni umat Islam ini meliputi
Pattani, Yala, Narathiwat, dan Satun. Mereka mempunyai budaya sendiri jika
dibandingkan dengan penduduk Thailand di wilayah lain yang moyoritas beragama
Budha.
Thailand merupakan sebuah negara yang mayoritas
penduduknya beragama budha. Namun demikian, dunia Islam sudah lama mengenal
adanya kelompok muslim Pattani yang berada di wilayah Thailand Selatan. Pada
abad ke-16, Pattani dikenal sebagai salah satu kerajaan Islam penting didunia
Melayu dan menjadi salah satu pusat perdagangan terpenting.
Perkembangan islam di Thailand juga
mempengaruhi perkembangan pendidikannya. Oleh karena itu, penulis dalam makalah
ini akan membahas perkembangan pendidikan islam di Pattani Thailand.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana sejarah islam di Pattani Tahailand?
2.
Bagaimana sejarah pendidikan islam di Pattani
Thailand?
3.
Apa saja lembaga dan metode pendidikan yang
berkembang di Pattani Thailand?
C.
Tujuan
Untuk mengetahui sejarah dan perkembangan
pendidikan islam di Pattani Thailand.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah Singkat Islam Pattani
Umat Islam memiliki sejarah yang panjang dalam kerajaan Thailand. Islam
diperkirakan datang ke kawasan Pattani, Thailand bagian Selatan pada abad ke-10
atau ke 11 lewat jalur perdagangan.[1]
Dikisahkan bahwa kehadiran Islam di Pattani dimulai oleh kedatangan
Syeikh Said, mubaligh dari Pasai, yang berhasil menyembuhkan raja Pattani,
Phaya Tu Nakpa yang sedang sakit parah. Setelah itu, Phaya Tu Nakpa yang
beragama Budha, kemudian masuk Islam dan Bergelar Sultan Ismail Syah.[2]
Sekelompok Islam lainnya yang menjadi penduduk mayoritas di negeri
ini sekarang tinggal ditempat provinsi bagian Selatan, yaitu Pattani, Yala,
Naratiwat dan Satun. Seluruh provinsi ini dahulunya masuk wilayah kerajaan Pattani
pada abad 12 sebelum kerajaan Sukhothai berdiri. Mereka adalah ras melayu yang
hingga kini masih mempertahankan bahasa serta budaya melayu dalam praktik
kehidupan sehari-harinya. Disebut dalam sejarah bahwa kerajaan Pattani
merupakan salah satu negara makmur di negara Thailand, baik secara politik
maupun administratif. Kejayaan Pattani berakhir setelah dikalahkan kerajaan
Siam dari Bangkok.Pencaplokan yang dilakukan oleh kerajaan Thailand telah
melahirkan masalah utama mengenai minoritas muslim di Thailand.
Karena faktor keberadaan muslim di Selatan, persoalan etnis muslim
muncul senantiasa menjadi perhatian utama bagi kelompok mayoritas. Interaksi
serta perjuangan sejarah yang panjang antara umat Islam di Selatan dan penguasa
Thailand telah memunculkan beberapa keputusan serta kewaspadaan pemerintah
untuk setuju dan sekaligus menentang keberadaan umat Islam sebagai kelompok.[3]
B.
Sejarah Pendidikan Islam di Pattani Thailand
Pendidikan Islam di Pattani bermula sejak Islam datang dan menetap
di Pattani yaitu pada abad ke-15, pendidikan dasar bermula di kalangan
masyarakat Islam dengan mempelajari Al-Qur’an. Bacaan Al-Qur’an menjadi
pengajian utama yang harus dilalui oleh setiap anggota masyarakat. Pendidikan
AL-Qur’an telah mengalahkan pendidikan berbentuk pondok, kemudian pondok mulai
didirikan di Pattani secara ramai-ramai.[4]
Sistem pendidikan pondok pesantren, seperti yang banyak ditemukan
di jawa juga dikenal masyarakat Thailand. Orang yang pertama kali
memperkenalkan sistem pendidikan ini adalah murid dari sunan Ampel di jawa
yakni Wan Husein. Ia adalah seorang ulama yang berpengaruh di dalam
pengembangan Islam di Pattani. Dengan diperkenalkannya sistem pondok pesantren,
pengajaran Islam tidak lagi eksklusif milik orang-orang elit istana kerajaan,
tapi juga menjadi milik orang kebanyakan dan rakyat jelata.[5]
Pondok menjadi institusi pendidikan terpenting di Pattani. Dalam
hal ini Pattani menjadi pusat pendidikan agama Islam yang terkenal di Selatan Thailand
dan semenanjung tanah melayu pada waktu itu. Pondok menjadi institusi
pendidikan yang sangat berpengaruh dan sebagai tempat panduan masyarakat serta
dianggap sebagai benteng bagi mempertahankan budaya setempat. Para santri
sama-sama menggunakan kain sarung, berbaju Melayu, berkupiah putih, dan menggunakan
tulisan Jawi dan buku-buku jawi.[6]
Proses Islamisasi di Pattani tidak bisa dilepaskan dari peranan
pendidikan. Pada tahap awal, pendidikan informal sangat berperan, yaitu kontak
informal antara mubaligh dengan rakyat setempat selanjutnya ditindak lanjuti
dengan munculnya pendidikan non formal dan terakhir pendidikan formal.[7]
Pendidikan formal yang dilaksanakan pemerintah dimulai pada masa raja
Chalalongkarn atau Rama V pada tahun 1899. Sekolah ini kurang mendapat sambutan
masyarakat. Melihat itu pada tahun 1921 pemerintah mengeluarkan undang-undang
yang mewajibkan sekolah mulai ditingkat sekolah dasar kelas satu sampai kelas
empat. Kendatipun undang-undang tersebut dikeluarkan, namum masyarakat Islam di
kawasan Thailand Selatan (khusus di empat wilayah: Pattani,Yala, Narathiwat dan
Satun) tidak menyambut dengan baik pemberlakuan undang-undang tersebut. Terbukti
statistik tahun 1960 tamat Sekolah Dasar kelas satu sampai kelas empat di
wilayah tersebut hanya 13,67% masyarakat masih terkait erat dengan pendidikan
pondok.
Setelah tahun 1966 M, pemerintah mewajibkan secara paksa setiap
institusi pendidikan agama mendaftarkan diri kepada pihak kerajaan di bawah
Akta “Rong Rean Son Saksana Islam” (Sekolah swasta pendidikan Islam), sejak itu
pendidikan Islam mengalami perubahan, dari pondok kepada madrasah yang
sistematis dan terkontrol. Perubahan itu memunculkan timbulnya
madrasah-madrasah yang memiliki ciri:
1.
Madrasah
adalah lembaga pendidikan gabungan antara pendidikan agama dan akademik.
Guru-guru pendidikan akademik disediakan oleh pemerintah. Pemerintah memberi
bantuan terhadap sekolah-sekolah agama yang telah melaksanakan peraturan-peraturan
yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
2.
Pada
akhir tahun 1970-an sekolah-sekolah agama yang telah memiliki dua aliran ini
(agama dan akademik) mendapat sambutan dari masyarakat. Banyak pelajar-pelajar
dikirim untuk menuntut ilmu pengetahuan ke instusi tersebut. Dengan demikian
peranan pondok semakin mengecil.
3.
Pada
tahun 1981 ada sejumlah 199 sekolah agama, 122 diantaranya yang melaksanakan
pendidikan dan akademik (umum)[8]
Di sekolah-sekolah pemerintah, para murid termasuk yang beragama Islam
diharuskan mempelajari budhisme sebagai mata kuliah wajib. Pada perkembangannya
pemerintah mengijinkan pengajaran pengetahuan Islam di sekolah-sekolah
pemerintah, namun pada kenyataannya di mata orang Islam praktek ini gagal,
karena gurunya kurang bermutu dan bukan guru tetap. Sementara itu dalam hal
masa depan, sekolah Islam swasta tidak dapat bersaing dengan sekolah
pemerintah, oleh karenanya untuk menyeimbangkan di madrasa-madrasah juga
diajarkan mata kuliah sekuler agar para murid dapat berhasil dalam ujian
negara.
Para lulusan sekolah agama tidak memungkinkan bekerja di
pemerintahan. Maka tidak mengherankan jika madrasah kurang diminati bagi kaum
muslim. Bagi orang tua muslim yang menyekolahkan anaknya di sekolah pemerintah,
mereka menyuruh anaknya untuk sekolah agama dengan sistem nonformal dimasjid.[9]
C. Lembaga Pendidikan di Pattani Thailand
1. Surau Atau Masjid
Keberadaan Surau dan
Masjid di Pattani bukan saja berfungsi sebagai tempat ibadah, melainkan
berfungsi juga sebagai lembaga pendidikan Islam. Surau dan Masjid sejak dari
dulu telah memegang peranan penting dalam penyebaran agama Islam di Pattani.
Melalui lembaga tersebut para ulama dapat menyampaikan ajaran agama Islam
kepada masyarakat dalam bentuk pengajian agama secara rutin.
Di siang hari pun Surau
dan Masjid di Pattani tetap merupakan lembaga agama yang masih aktif sebagai
lembaga pendidikan agama walaupun sudah ada lembaga-lembaga pendidikan formal
lainnya. Adapun pengajian yang di terapkan di masjid ini diantaranya belajar
membaca Al-Qur’an, belajar kitab-kitab Jawi, belajar berzanji, belajar menjadi
imam sholat, serta melaksanakan sholat jama’ah.[10]
2. Pondok Tradisional
Pondok adalah lembaga
pendidikan yang berdiri sebagai pengembangan dari lembaga pendidikan istana dan
masjid. Pondok adalah lembaga pendidikan tertua di pattani dan diantara
pondok-pondok tertua adalah pondok dala, bermin, semela, dual, kota gersih,
telok manok, yang mempunyai pengaruh besar bagi pertumbuhan pendidikan Islam di
daerah ini, oleh karena pondok-pondok ini banyak di datangi oleh pelajar.[11]
Pondok tradisional ciri
utamanya adalah:
a. Non klasikal, peserta didik di Thailand Selatan disebut namanya tok pake
tidak dibagi atas tingkatan-tingkatan kelas. Tingkatan dan jenjang ilmu
seseorang diukur berdasarkan kitab-kitab yang dibacanya. Karena itu, tidak ada
batas tahun untuk mengakhiri belajar.
b. Kurikulum, mata pelajaranya semuanya terfokus pada pembelajarannya
ilmu-ilmu agama saja yang bersumber dari kitab-kitab klasik.
c. Metode pembelajaran, terfokus pada metode pembelajaran kitab lewat
pembacanya dengan benar dan juga pemahamannya baik dari pihak guru (tok guru)
dan tok pake.
d. Manajemen tidak mementingkan menejemen administrasi, seperti omor induk
pelajar, raport, ijazah (sertifikat) dan lain sebagainya.[12]
3. Pondok Modern (Sekolah Swasta Pendidikan Islam)
Lembaga ini merupakan lembaga pendidikan hasil proses transformasi
dari lembaga pondok pesantren tradisional ke pondok pesantren modern. Semua
kegiatan diatur oleh pemerintah Thai melalui Pusat Pendidikan Kawasan II, di
propinsi Yala.
Sistem pendidikan dilaksanakan dalam bentuk dualisme semi-sekuler,
yaitu: pendidikan agama tingkat pendidikan Ibtidaiyah, Mutawasitah dan 20 Tsanawiyah, sedangkan pendidikan umum dari tingkat Menengah Pertama
(SLTP) dan Menengah Atas (SLTA).[13]
4. Madrasah
Sistem madrasah di Thailand adalah sebuah sistem pendidikan yang
memungkinkan para pelajarnya untuk melanjutkan pendidikan mereka dalam tingkat
yang lebih tinggi di negeri-negeri lain yang mempergunakan bahasa pengantarnya
memakai bahasa yang berbeda dengan bahasa ibu mereka.[14]
Sistem pendidikan dimadrasah ini memakai sistem klasikal yakni ada
tingkatan-tingkatan dan jenjang-jenjangnya baik itu berupa kelas, maupun
jenjang berdasarkan tingkatan sekolah. Institusi madrasah di Thailand dapat
dibagi tiga tingkatan yaitu ibtidaiyah,
mutawassithah, dan tsanawiyah.[15]
5. Sekolah
Sisem pendidikan di Thailand,
berpedoman pada undang-undang tentang sistem pendidikan nasional tahun 1999.
Berdasarkan undang-undang tentang sistem pendidikan nasional bab 3, ada
tiga bentuk pendidikan yaitu formal, nonformal dan informal.
a. Pendidikan Formal
Terdiri dari dua tingkatan yaitu
tingkatan dasar (basic education) dan pendidikan tinggi (higher education).
Basic education dilaksanakan selama 12 tahun yang terdiri dari 6 tahun
pendidikan rendah, 3 tahun tingkat menengah bawah, 3 tahun menengah atas,
termasuk juga pendidikan taman kanak-kanak, tingkat pendidikan tinggi.
b. Pendidikan Nonformal
Pendidikan nonformal ini adalah pendidikan anak sampai usia 6 tahun,
selanjutnya pendidikan pemberantasan buta huruf bagi orang yang telah berusia
14 tahun keatas.
c. Pendidikan Informal
Pendidikan ini adalah pendidikan yang mengharuskan seseorang belajar
sendiri sesuai dengan intres, potensi, kesiapan, kesempatan mereka, seperti:
pendidikan di perpustakaan dan musium. Pendidikan lewat jaringan pembelajaran
masyarakat misalnya, pusat pemelajaran masyarakat, pusat bacaan desa, dan
lain-lain.[16]
6. Pendidikan Tinggi Islam
Sebagai sempel dari perguruan tinggi Islam di Thailand dikemukakan seperti College
Of Islamic Studies Princce Of Songkla University.
College Of Islamic Studies mempunyai status yang
sama dengan fakultas. Kolej ini didirikan pada tahun 1989 untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat muslim Thailand dalam bidang pengajian tinggi Islam. Kolej
ini satu-satunya kolek Islam negeri (yang diasuh oleh pemerintah) di Thailand.
Dan diharapkan akan menjadi pusat pengajian tinggi Islam di Thailand.
Kolej ini disamping melaksanakan kegiatan akademik dalam pengkajian
ilmu-ilmu Islam, juga melaksanakan riset dan pengabdian kepada masyarakat.[17] Perguruan tinggi ini juga sering kali mengadakan seminar dan
diskusi masalah keagamaan dan keIslaman dengan melibatkan sarjana muslim dan
mancanegara.[18]
Tingkat pendidikan yang dikelola oleh collage ini ada dua. Pertama tingkat
sarjana (S1) undergraduate program (4 tahun) yang meliputi hukum Islam (Islamic
Law), Islamic studies (Studi Islam), Islamic studies (Arabic
Language), Islamic Economic And Management, Middle East Study. Kedua,
tingkat program master yang meliputi Islamic studies sengan spesialisasi, Islamic
law (Hukum Islam), Usuludin, Sejarah dan Peradaban Islam, dan Pendidikan
Islam.[19]
D. Metode Pendidikan di Pattani Thailand
Metode pengajaran di Pattani
Thailand dapat dikelompokkan menjadi tiga macam metode, di mana diantara
masing-masing metode mempunyai ciri khas tersendiri, yaitu:
1.
Metode Sorogan
Kata sorogan berasal
dari bahasa Jawa yang berarti ‘sodoran atau yang disodorkan’. Maksudnya suatu
metode belajar secara individual di mana seorang santri berhadapan dengan
seorang guru, terjadi interaksi saling mengenal di antara keduanya. Seorang
kiai atau guru menghadapi santri satu persatu secara bergantian.
Pelaksanaannya, santri yang banyak itu datang bersama, kemudian mereka antri
menunggu giliran masing-masing. Metode sorogan ini menggambarkan bahwa seorang
kiai di dalam memberikan pengajarannya senantiasa berorientasi pada tujuan,
selalu berusaha agar santri yang bersangkutan dapat membaca dan mengerti serta mendalami
isi kitab.
2.
Metode Bandungan
Metode Bandungan sering
disebut dengan halaqah, di mana dalampengajian, kitab yang dibaca oleh kiai
hanya satu, sedangkan para santrinya membawa kitab yang sama, lalu santri
mendengarkan dan menyimak bacaan kiai. Orientasi pengajaran secara bandungan
ini, lebih banyak pada keikutsertaan santri dalam pengajian. Sementara kiai
berusaha menanamkan pengertian dan kesadaran kepada santri bahwa pengajian itu
merupakan kewajiban bagi mukhalaf. Kiai dalam hal ini memandang penyelenggaran
pengajian halaqah dari segi ibadah kepada Allah SWT.
3.
Metode Weton
Istilah weton berasal
dari bahasa Jawa yang diartikan berkala atau berwaktu. Pengajian weton tidak
merupakan pengajian rutin harian, tetapi dilaksanakannya pada saat-saat tertentu,
misalnya pada setiap selesai shalat jum’at dan sebagainya. Peserta pengajian
weton tidak harus membawa kitab, karena apa yang dibicarakan kiai tidak bisa
dipastikan, cara penyampaian kiai kepada peserta pengajian bermacam-macam, ada
yang dengan diberi makna, tetapi ada juga yang hanya diartikan secara bebas.[20]
BAB III
PENUTUP
Islam
diperkirakan datang ke kawasan Pattani, Thailand bagian Selatan pada abad ke-10
atau ke 11 lewat jalur perdagangan. kerajaan Pattani merupakan salah satu
negara makmur di negara Thailand, baik secara politik maupun administratif.
Kejayaan Pattani berakhir setelah dikalahkan kerajaan Siam dari Bangkok.
Pendidikan
Islam di Pattani bermula sejak Islam datang dan menetap di Pattani yaitu pada
abad ke-15, pendidikan dasar bermula di kalangan masyarakat Islam dengan
mempelajari Al-Qur’an.
Proses Islamisasi
di Pattani tidak bisa dilepaskan dari peranan pendidikan. Pada tahap awal,
pendidikan informal sangat berperan, yaitu kontak informal antara mubaligh
dengan rakyat setempat selanjutnya ditindak lanjuti dengan munculnya pendidikan
non formal dan terakhir pendidikan formal.
Adapun
lembaga pendidikan di Pattani Thailand diantaranya adalah masjid atau surau,
pondok tradisional, pondok modern, madrasah, sekolah dan perguruan tinggi.
Kemudian untuk metode pengajaran di Pattani Thailand dapat
dikelompokkan menjadi tiga macam metode yaitu metode sorogan, metode bandungan
dan metode weton.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman,
Dudung, et.al.2002. Sejarah Peradaban Islam Dari Masa Klasik Hingga Modern.Yogyakarta:Jurusan
SPI Fak Adab IAIN Sunan Kalijaga.
Al-Azizi, Abdul
Syukur.2014.Kitab Sejarah Peradaban Islam Terlengkap. Jogjakarta :Saufa.
Daulay, Hidar
Putra.2009. Dinamika Pendidikan Islam Di Asia Tenggara.Jakarta: Rineka
Cipta.
Fauziah, Sifa. 2011.
“Sejarah Perkembangan Islam di Thailand Thailand Selatan (Pattani) Pada Abad ke
XVII sampai XX”, Skripsi, Http://Repository.Uinjkt.Ac.Id/Dspace/Bitstream/123456789/1781/1/102975-SIFA%20FAUZIAH-FAH.Pdf,
diakses tanggal 6 Maret 2016.
Ibrahim, Malik.
Februari 2012 . “Seputar Gerakan Islam di Thailand Suatu Upaya Melihat Faktor
Internal dan Eksternal”. SOSIO-RELIGIA, Vol. 10, No.1, Http://Www.Aifis-Digilib.Org/Uploads/1/3/4/6/13465004/Revisi_No_08._
Seputar_ Gerakan_Islam_Di_ Thailan_Pak_Malik.Pdf, diakses tanggal 6 Maret 2016
Latifah Hanum.Januari-Juni
2013. Modernisasi Pendidikan Islam, Volume 1 No. 1. Http: //Fkip.Uisu.Ac.Id/Wp-Content/Uploads/2014/03/11_Latifah-Hanum
_Modrenisasi-Pendidikan-Islam-Di-Thailand-E1.Pdf.diakses tanggal 6 Maret 2016.
Syahid, Achmad
et.al. Ensiklopedia Tematis Dunia Islam.Jakarta:PT Ichtiar Baru Van
Hoeve.
Wahyu Illahi
dan Harjani Hefni. 2012. Pengantar Sejarah Dakwah .Jakarta : Kencana
Prenada Media Group.
Bangi, Selangor Malaysia
BalasHapus